Inilah penyebab Transportasi publik negeri ini gak maju2..

All Hands,

Di republik ini, sarana transportasi kendaraan pribadi merupakan yang paling populer, hal ini terjadi bukan secara tiba-tiba tetapi melalui sebuah proses yang maha panjang. Semenjak dilahirkan di dunia, ane sendiri sudah merasakan kalau di negeri ini kendaraan pribadi lah yang paling cocok, keadaan di negeri inilah yang seolah “mewajibkan” rakyat untuk memakai kendaraan pribadi terlepas dari faktor lain yang mempengaruhinya. Terkadang pula ane kangen berat untuk kembali mencoba naik angkot, yang udah terlalu lama ane tinggalkan, tapi yah.. itu semua berbenturan dengan ketersediaan waktu yang ada.

Kembali ke tema, dari berbagai informasi dan artikel yang pernah ane baca sistem transportasi publik paling tepat di seluruh dunia adalah PerkeretaApian. Why? Kereta api merupakan moda transportasi yang efektif dan efisien, hemat, cepat, tidak menimbulkan kemacetan dan berkapasitas besar. Di beberapa negara Maju, sistem kereta api yang dikelola dengan baik adalah indikator lain bahwa negara tersebut memang layak disebut negara maju. Namun Ironisnya di negeri ini sistem transportasi publik terutama kereta masih belum optimal digarap, meskipun akhir2 ini sudah ada upaya untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang ada. sebagai Negara besar yang dianugerahi sumber daya alam yang luar biasa njeprah tuk membangun sistem kereta api yang super modern aman dan nyaman harusnya gampang banget, bilang gak ada dana kebangetan banget. Lha wong buat melindungi bank-bank yg bangkrut pemerintah mampu menyediakan dana triliunan, belum lagi dana lain yang habis buat ajang korupsi.

Akhirnya sampai pada jawaban mengapa Transportasi publik negeri ini terutama kereta api gak sebagus kek di Perancis ato Jepang, yakni para pengelola negeri ini mengusung ideologi neoliberalisme. udah pada tau kan arti neoliberalisme??  Yang jelas, ketika ideologi para pemimpin kita berorientasi pada kepentingan pasar, bukan kepentingan publik, seperti inilah jadinya. Rasanya sulit banget menyediakan kereta api yang banyak dan nyaman. Dalam perekonomian ala neoliberalisme, investasi asing dan hutang luar negeri menjadi ‘dewa’. Apapun dikorbankan agar para investor asing mau tetap berinvestasi di Indonesia; seolah-olah bangsa ini yang butuh investasi asing (padahal, investor pun butuh lahan, pasar, dan tenaga kerja kita; jadi kita pun punya daya tawar yang tinggi).  Untuk mencari sumber dana dengan mudah, alih-alih menggenjot industri dalam negeri dan pertanian untuk kemudian diekspor dan dapat devisa, pemerintah neolib lebih suka berhutang pada lembaga-lembaga pilar neoliberalisme macam IMF dan Bank Dunia, dan mematuhi titah mereka (antara lain: pencabutan subsidi dan privatisasi). Dan seterusnya.

Bila kita memakai rumus ‘follow the money’, kita dengan mudah menemukan jawaban, siapa yang diuntungkan bila transportasi publik buruk? Tentu saja, para kapitalis di bidang otomotif. Lalu, mengapa mereka sedemikian berdaya untuk menekan pemerintah agar tidak membereskan masalah transporatsi publik? jawabannya ; kita sudah tersandera oleh dewa neoliberalisme: investasi asing dan hutang. Kita takut investor kabur jika kita tidak ‘ramah’ pada mereka; kita tak bisa berkutik ketika pemerintah negara-negara pemberi hutang turun tangan untuk menyelamatkan industriawan mereka yang terancam oleh kebijakan pro-rakyat.

kita bisa belajar dari Iran. Pernah terjadi Korsel menolak  membeli minyak Iran (karena ditekan AS). Di saat yang sama, produk LG dan Samsung sangat laris di Iran. Pemerintah Iran mengancam akan menghentikan semua impor barang elektronik Korsel dan dengan segera, Korsel kembali membeli minyak Iran. Ada yang pernah menulis, sesungguhnya yang sangat berkepentingan dengan Indonesia adalah Jepang. Seandainya seluruh produk Jepang dilarang dijual di Indonesia, dalam sekejap Jepang akan collapse. Lalu, dengan bargaining position setinggi ini, pantaskah bila kita terus memposisikan sebagai pihak yang ‘butuh’ sehingga tunduk pada mereka?

Andre Vltchek, jurnalis dan analis politik, penulis buku Indonesia – Archipelago of Fear berujar : “Sebagaimana terjadi dalam setiap masyarakat fasis atau feodal yang ekstrim, kaum elit menikmati limusin dengan sopir pribadi, sementara orang miskin harus patah kaki karena jatuh ke selokan yang terbuka, diperkosa dan harus menghirup udara beracun penuh polusi dalam angkot yang mengerikan; atau membiarkan kepala mereka pecah di trotoar yang tidak rata setelah motor mereka harus bermanuver secara frustasi saat menghindari mobil dan truk yang dikemudikan serampangan.”

Well, semoga saja semua masalah transportasi Republik ini bisa segera teratasi, ntah kapan tapi masih tetap berharap rakyat dan pemerintah mampu mewujudkan itu. Jangan sampe kita ‘diperbudak’ oleh kendaraan pribadi, bila sudah sangat berlebihan bisa jadi bom waktu di kemudian hari..

Viva KTM duke 200..

Referensi :

Kereta Api dan Neolib/Global-review.com/Global Future Institute, penulis : Dina Y. Sulaeman

24 pemikiran pada “Inilah penyebab Transportasi publik negeri ini gak maju2..

    • msh ada sangkut pautnya kok bro, silahkan dipahami lagi. 😀

      klo mslh manajerial itu skala mikro, nah makronya itu yg berhbungan dg tema artikel ini.

      Balas
  1. Kbnykn Pemimpin di negeri ini lebih peduli sma dirinya sendiri..bukan pada rakyat, negara kita kaya akan SDA tapi yg memiliki kbnykan bukn dri orang negri sendiri….,, 🙂 ,

    Balas
    • ironis memang bro, bila ada wilayah yg subur dan kya dg SDA biasanya penduduk aslinya msh hidup sengsara. singapura, jepang, dll minim sda tp makmur..

      Balas
  2. karena indonesia banyak penduduknya banyak SDA, sayang nya gak ada yang mau/ada kesempatan jadi produsen, yah alamat dengan penduduk yang bayak indoenesia hanya jadi market rebutan jepang korea cina dan om sam tentunya,
    FYI pertumbuhan ekonomi positif INdonesia didorong bukan karena produksi barang jadi tapi dari ekspor barang mentah (SDA) yang diolah pihak luar dan dibeli lagi oleh orang indonesia,
    ironis memang indonesia hanya jadi pasar konsumen dan pertumbuhan positif kita mayoritas di drive oleh sifat konsumtif yang gila2an (entah produk otomotif atau produk lainnya). dan lucunya kita dipuji oleh jepang,US,China sebagai market terbesar eh pemerintah malah senengnya bukan main negaranya jadi konsumen negara tersebut, padahal duitnya mah masuk ke kantong negara LN produsen tersebut. kapan kita bisa jadi bangsa produsen.

    wkakak tapi kok artikelnya endingnya ada titipan produsen austria-indihe -just kidding-

    Balas
    • heheh. klo ktm duke mah, itu motor impian ane bro.. g terkait soal neoliberalisme, murni hobby :-D.

      begitulah, negeri kita udah terlanjur jd negara pemakai bkn pembuat, ironis memang. harusnya udah bergabung dalam BRIC (Brasil Rusia India Cina)

      Balas
  3. sayangnya beberapa rezim terakhir telah memporakporandakan wibawa, harkat, dan martabat bangsa ini dimata internasional, kasarnya pemerintahan kita saat ini hanyalah kepanjangan tangan dari Multinational Corporate dengan sejuta kepentingan bisnisnya, miris namun fakta 🙂

    Balas
    • yups, dan udah jatuh dlm dekapan mereka. utang aj ampe ribuan triliun. klo pemerintah RI macem2, dikhawatirkan ad krismon jilid 2, ngeri.. utg pasar domestik msh jd batu tumpuan negara biar g collapse.

      Balas
      • butuh revolusi besar-besaran untuk merubah nasib bangsa ini, sayangnya revolusi punya harga mahal yg harus dibayar, apakah masyarakat sudah siap? dan lagi fondasi penyokong revolusi itu sendiri masih teramat lemah. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah melakukan pencerahan terhadap masyarakat, lewat blog salah satunya 🙂

Tinggalkan Balasan ke bapakeVALKYLA Batalkan balasan